Dunia kedokteran kembali membuat terobosan. Sebuah cara baru telah ditemukan, memungkinkan jantung yang sudah mati bisa dihidupkan dan berdenyut kembali. Terobosan ini menjanjikan penyediaan organ-organ transplantasi sesuai kebutuhan pasien penderita penyakit gagal jantung, ginjal, atau organ dalam tubuh lainnya.
Hanya saja, seperti dilansir jurnal Nature Medicine, jantung yang dihidupkan kembali itu bukan jantung manusia, melainkan jantung tikus. Para peneliti mengambil seluruh sel jantung yang telah mati dan hanya menyisakan struktur lunak jaringan kolegennya saja melalui teknik yang disebut deselulerisasi. Kemudian, para ahli menyuntikkan sel-sel yang berasal dari jantung tikus yang baru lahir.
Sel-sel baru dibiarkan tumbuh dan mengikat jaringan kolagen di atas cairan bernutrisi dalam ruangan khusus laboratorium. Selang empat hari, jantung tersebut terlihat berdenyut kembali. Para peneliti lalu menggunakan alat pacu jantung (pacemaker) untuk mengukur arah gerakan kontraksinya. Mereka juga merangsang jantung untuk memompa dengan mengalirkan cairan bertekanan ke dalamnya meniru aliran darah di dalam tubuh. Delapan hari kemudian, jantung yang dihidupkan kembali mulai dapat memompa cairan tersebut dengan sempurna. Sungguh menakjubkan.
"Kami yakin alam telah menciptakan alat-alat yang sempurna dan kami penasaran apakah ada cara di laboratorium untuk memberikan alat-alat yang dibutuhkan dan membiarkan alam bekerja," ujar Doris Taylor dari Pusat Penyembuhan Kardiovaskular Universitas Minnesota, AS. Alat yang dimaksud adalah jaringan kolagen, fibronacin, dan laminin.
Taylor yang bekerja sama dengan Dr. Harold Otto dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, AS, telah menggunakan metode yang sama untuk membuat jaringan pembuluh jantung, pembuluh darah, dan organ lainnya. Teknik ini suatu saat diharapkan dapat dipakai untuk membuat organ transplantasi dari sel-sel tubuh pasien sendiri sehingga penolakan tubuh terhadap organ transplantasi yang sering ditemui selama ini dapat dikurangi. "Harapannya kami dapat membuat organ yang sesuai dengan tubuh Anda," ujar Taylor. (Reuters/sri)**-Pikiran Rakyat - 24 Januari 2008.
Friday, January 25, 2008
Kopi, tak Seburuk yang Dikira
Karena dianggap tak baik bagi kesehatan, sebagian orang menolak minum kopi. Sementara itu, sebagian yang lain --karena tak bisa menahan diri-- tetap minum kopi, meski dibayang-bayangi kekhawatiran akan reputasi buruk kopi sebagai minuman yang dapat menyebabkan tekanan darah meninggi, perasaan gelisah, tangan gemetar, jantung berdebar kencang, otot menegang, kadar kolesterol meningkat, membantu terjadi penyumbatan arteri, sembelit, dan diare.
Kurangi risiko penyakit
Kopi tak seburuk yang dikira. Dalam beberapa dekade terakhir ada ribuan penelitian mengenai pengaruh kopi terhadap kesehatan. Sebagian besar hasilnya akan membuat gembira mereka yang rutin minum kopi karena sisi baik kopi lebih banyak dibanding sisi buruknya. Sejumlah besar bukti ilmiah menunjukkan bahwa minum kopi secara moderat atau tak berlebihan (sebagian menyatakan bahwa yang moderat itu adalah sekitar 3-5 cangkir per hari, sebagian yang lain 2 cangkir per hari), dapat mengurangi risiko beberapa jenis penyakit.
Pertama, mengurangi risiko diabetes tipe 2. Kebiasaan minum lima cangkir kopi atau lebih per hari dapat memperbaiki pengaturan dan toleransi glukosa dan secara substansial menurunkan risiko diabetes tipe 2 (35-75 persen) pada berbagai populasi di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Kopi kaya akan zat-zat antioksidan seperti quinine, lignan, asam klorogenat, tokoferol, dan mineral seperti magnesium yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga memperbaiki respons tubuh terhadap insulin dan metabolisme glukosa. Baik kopi yang mengandung kafein ataupun yang decaffeinated (kafeinnya telah dihilangkan) memiliki efek yang sama.
Kedua, mengurangi risiko kanker. Salah satu hal yang menarik adalah kemungkinan peranan senyawaan dalam kopi sebagai pelindung dari kanker. Senyawa-senyawa tersebut adalah zat antioksidan polifenolat (derivatif asam klorogenat) dan antioksidan yang dihasilkan melalui pemanasan (hasil Reaksi Maillard, termasuk senyawa heterosiklik volatil dan polimer melanoidin cokelat). Penelitian menunjukkan, dibanding tidak minum kopi, konsumsi sedikitnya dua cangkir kopi per hari sama dengan menurunkan risiko kanker usus sebanyak 25 persen. Penelitian juga menunjukkan peminum kopi memiliki kemungkinan terkena kanker liver 50 persen lebih rendah dibanding bukan peminum kopi.
Ketiga, mengurangi risiko penyakit liver. Minum sedikitnya dua cangkir kopi per hari sama dengan penurunan risiko terkena sirosis hati sebesar 80 persen. Perokok dan peminum berat yang mengonsumsi sejumlah besar kopi secara rutin memiliki kemungkinan lebih rendah terkena penyakit jantung dan kerusakan hati dibanding perokok dan peminum yang tidak minum kopi.
Keempat, mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko penyakit jantung koroner pada orang-orang yang minum kopi dalam jumlah yang sangat besar dibanding pada orang-orang yang minum kopi dalam jumlah yang moderat atau kecil.
Minum kopi dapat meningkatkan atau sebaliknya menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler tergantung pada interaksinya dengan kondisi lain seperti stres dan kondisi kesehatan seseorang. Sementara sebuah penelitian komprehensif selama 20 tahun pada sekitar 130.000 pria dan wanita yang tak memilki penyakit jantung atau kanker tidak menunjukkan adanya bukti apa pun bahwa konsumsi kopi meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Kelima, mengurangi risiko penyakit parkinson. Penelitian epidemiologis menunjukkan hubungan yang kuat antara efek neuroprotektif dari kafein dan pengurangan risiko terjadinya parkinson. Beberapa penelitian dalam neurofarmakologi menunjukkan, hanya satu cangkir kopi per hari (sama dengan 80-140 mg kafein) dapat menurunkan risiko parkinson sampai setengahnya. Pada kenyataannya, obat untuk parkinson yang sedang dikembangkan saat ini mengandung derivatif kafein.
Kandungan kafein
Manfaat kopi muncul berkat kandungan kafeinnya yang tinggi (kafein juga terkandung dalam teh, cokelat, dan soft drink seperti cola). Kafein membantu dalam perawatan asma dan sakit kepala. Kafein juga merupakan pembantu yang kuat untuk meningkatkan daya tahan dan performa atlet. Begitu kuatnya sehingga kafein dalam kopi atau dalam bentuk lainnya dianggap oleh Komite Olimpiade sebagai substansi yang harus diawasi.
Minum kopi juga dapat meningkatkan kesiagaan mental, fungsi kognitif, mengurangi risiko penyakit alzheimer, batu ginjal, batu empedu, dan depresi. Senyawa trigonelin yang memberikan rasa pahit dan aroma khas pada kopi memiliki sifat antibakteri dan antiadesif yang dapat membantu mencegah pembentukan lubang pada gigi.
Meski memiliki banyak manfaat, masih disarankan untuk mambatasi atau menghindari minum kopi bagi pasien penyakit jantung, yang memilki risiko osteoporosis, dan ibu hamil. Juga, bagi orang-orang yang memiliki sejarah dan kondisi medis tertentu, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk menjadi peminum kopi.
Kopi adalah minuman dengan kandungan kimia yang kompleks. Dalam satu cangkir kopi terdapat sekira 800 senyawa aromatik. Penelitian-penelitian masih terus dilakukan untuk mengetahui lebih banyak mengenai efek kopi terhadap kesehatan manusia. ***
Ahmad Taufik, S.P.Alumnus Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran - PIKIRAN RAKYAT - 24 Januari 2008
Sejarah Perjalanan Kopi, Sempat Jadi Minuman Terlarang
ADA cerita menarik berkaitan dengan sejarah kopi. Konon, Raja Gustaff II (1594-1632) dari Swedia pernah menjatuhkan hukuman kepada dua orang bersaudara kembar. Mereka dianggap bersalah dalam suatu tindak pidana yang dituduhkan kepada mereka. Untuk menentukan siapa yang bersalah, sang raja membuat aturan unik dan tak lazim.
Salah seorang hanya diizinkan minum kopi selama hidupnya, sedangkan seorang lagi hanya boleh minum teh. Nah, siapa yang lebih dulu meninggal, dialah yang dianggap bersalah. Ternyata, yang meninggal duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun, meski sudah terlambat, dia ditetapkan sebagai yang bersalah. Sejak saat itulah, orang Swedia dan negara-negara di kawasan Skandinavia menjadi begitu maniak dan fanatik terhadap kopi. Mungkin mereka percaya dengan minum kopi, umur mereka bisa lebih panjang.
Antara mitos dan sejarah
Kisah Raja Gustaff II dan aturan minum kopinya hanyalah salah satu kisah unik yang mewarnai perjalanan kopi. Di sejumlah tempat dan negara ada banyak legenda dan kisah mengenai kopi, meski kisah-kisah tersebut bercampur aduk antara mitos dan sejarah. Legenda paling masyhur dalam perjalanan kopi adalah kisah Kaldi dan temuan "biji merah ajaibnya".
Dalam satu kisah disebutkan, sekitar abad ke-3, hiduplah seorang penggembala kambing di Ethiopia bernama Kaldi. Kaldi dikenal sebagai penggembala yang baik dan sangat bertanggung jawab terhadap hewan yang diurusnya. Suatu hari, kambing-kambing tersebut tidak pulang dan Kaldi pun mencarinya. Ketika ditemukan, Kaldi melihat kelakuan aneh diperlihatkan oleh kambing-kambingnya, berloncatan riang gembira, seperti sedang mabuk.
Tentu saja Kaldi heran dan mencari tahu apa gerangan yang menyebabkan kambing-kambing itu "menari-nari"? Kaldi kemudian tertarik oleh sekumpulan biji-biji berwarna merah mengilap yang ada di semak-semak dan dimakan oleh kambing-kambingnya. Dengan rasa ingin tahu, Kaldi pun mencoba memakan biji-biji tersebut. Sungguh ajaib, beberapa saat kemudian sang penggembala kambing itu menari-nari dengan riang, sama seperti kelakuan kambing-kambingnya.
Saat itu lewatlah seorang pria terpelajar asal kota. Pria bernama Aucuba itu merasa mengantuk, lelah, dan lapar. Aucuba kebetulan menyaksikan "aksi gila" Kaldi dan kambing-kambingnya. Saking laparnya, Aucuba pun mencoba makan biji merah yang dimakan Kaldi. Tak berapa lama, Aucuba merasa tubuhnya jadi segar, tenaganya pulih, rasa mengantuknya hilang, dan siap melanjutkan perjalanannya.
Ia pun membawa beberapa biji merah ke kota dan mencampurnya dengan makanan lain. Ia juga menggunakan biji merah itu sebagai bahan pencampur bagi minuman para biarawan agar bisa tetap terjaga selama berdoa. Ia juga menyebarkan biji-biji merah yang ajaib itu ke kota dan biara lain. Aucuba pun jadi orang kaya. Sedangkan, kisah Kaldi dengan kambing-kambingnya tak ada kelanjutannya.
Peran pedagang Arab
Terlepas dari berbagai legenda, mitos, dan klaim berbagai pihak, sejarah mencatat penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di Arab pada abad ke-15. Untuk jangka waktu yang lama, perdagangan komoditi yang berkelas tersebut dijaga dengan sangat ketat, para petani Arab berusaha dengan berbagai cara untuk menghentikan negara lain memperoleh biji kopi mereka yang berharga. Sejalan dengan waktu, biji kopi serta potongan tanaman tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai "anggur arab" .
Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa dan pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690 karena tanaman atau biji mentahnya tidak diizinkan keluar kawasan Arab. Kemudian, berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda.
Kopi pun dengan cepat menyebar ke Eropa. Meski masyarakat Italia sudah mengenal kopi sejak abad ke-10, namun pembukaan kedai kopi pertama, Botega Delcafe di Italia, baru terjadi pada tahun 1645. Kedai kopi itu kemudian menjadi pusat pertemuan para cerdik pandai di negeri pizza tersebut. Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair.
Pada abad ke-18, misionaris (utusan), para pedagang serta kolonis memperkenalkan kopi pada Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Lingkungan alamnya yang alami terbukti merupakan tempat yang tepat untuk bertanam kopi sehingga kopi dapat tumbuh menyebar dengan cepat.
Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika, pada awalnya tidak sesukses di Eropa karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Akan tetapi, selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis, sebagian hal ini didasari oleh menurunnya persediaan teh oleh para pedagang Inggris.
Minuman terlarang
Perjalanan kopi menjadi minuman yang paling digemari penduduk bumi memang tidak mulus. Ada masa-masa di mana kopi menjadi produk yang kehadirannya "diharamkan". Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan ortodoks di majelis keagamaan di Mekah, Arab Saudi. Akan tetapi, karena popularitas minuman ini, larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup.
Seabad kemudian, tepatnya pada tahun 1656, Wazir Kerajaan Usmaniyah mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, melainkan menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk meminta cerai.
Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan, minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang, melainkan juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Alasannya, kopi adalah "komoditas politik" kaum muslim dalam upaya menggeser popularitas anggur yang sejak lama sudah dikenal dan identik dengan kaum Katolik.
Larangan juga diberlakukan di Rusia, meski lebih bersifat "diskriminatif" dan menjaga wibawa aristokrasi kopi. Karena dianggap bergengsi sebagai minuman, Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.
Kopi di Indonesia
Pada awalnya, kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka. Awalnya, pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi, dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu, kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi arabika. Kopi ini tidak terserang hama.
Menurut situs wikipedia, pemerintah Belanda kemudian menanam kopi liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi liberika sedikit lebih besar dari biji kopi arabika dan kopi robusta.
Bencana alam, Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh, dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi arabika. Sedangkan, di Jawa Timur (Kayu Mas, Blewan, dan Jampit) umumnya adalah kopi robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi arabika dan robusta. Kopi robusta tumbuh di daerah rendah, sedangkan kopi arabika tumbuh di daerah tinggi.
Saat ini, kopi merupakan minuman ke-2 yang dikonsumsi di seluruh dunia, setelah air. Finlandia merupakan negara yang konsumsi per kapitanya paling tinggi, dengan rata-rata konsumsi per orang sekitar 1400 cangkir setiap tahunnya!
Kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. FAO memperkirakan, pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun.
(Dadang Gusyana, S.Si./dari berbagai sumber)*** PIKIRAN RAKYAT - Kamis, 24 Januari 2008
Salah seorang hanya diizinkan minum kopi selama hidupnya, sedangkan seorang lagi hanya boleh minum teh. Nah, siapa yang lebih dulu meninggal, dialah yang dianggap bersalah. Ternyata, yang meninggal duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun, meski sudah terlambat, dia ditetapkan sebagai yang bersalah. Sejak saat itulah, orang Swedia dan negara-negara di kawasan Skandinavia menjadi begitu maniak dan fanatik terhadap kopi. Mungkin mereka percaya dengan minum kopi, umur mereka bisa lebih panjang.
Antara mitos dan sejarah
Kisah Raja Gustaff II dan aturan minum kopinya hanyalah salah satu kisah unik yang mewarnai perjalanan kopi. Di sejumlah tempat dan negara ada banyak legenda dan kisah mengenai kopi, meski kisah-kisah tersebut bercampur aduk antara mitos dan sejarah. Legenda paling masyhur dalam perjalanan kopi adalah kisah Kaldi dan temuan "biji merah ajaibnya".
Dalam satu kisah disebutkan, sekitar abad ke-3, hiduplah seorang penggembala kambing di Ethiopia bernama Kaldi. Kaldi dikenal sebagai penggembala yang baik dan sangat bertanggung jawab terhadap hewan yang diurusnya. Suatu hari, kambing-kambing tersebut tidak pulang dan Kaldi pun mencarinya. Ketika ditemukan, Kaldi melihat kelakuan aneh diperlihatkan oleh kambing-kambingnya, berloncatan riang gembira, seperti sedang mabuk.
Tentu saja Kaldi heran dan mencari tahu apa gerangan yang menyebabkan kambing-kambing itu "menari-nari"? Kaldi kemudian tertarik oleh sekumpulan biji-biji berwarna merah mengilap yang ada di semak-semak dan dimakan oleh kambing-kambingnya. Dengan rasa ingin tahu, Kaldi pun mencoba memakan biji-biji tersebut. Sungguh ajaib, beberapa saat kemudian sang penggembala kambing itu menari-nari dengan riang, sama seperti kelakuan kambing-kambingnya.
Saat itu lewatlah seorang pria terpelajar asal kota. Pria bernama Aucuba itu merasa mengantuk, lelah, dan lapar. Aucuba kebetulan menyaksikan "aksi gila" Kaldi dan kambing-kambingnya. Saking laparnya, Aucuba pun mencoba makan biji merah yang dimakan Kaldi. Tak berapa lama, Aucuba merasa tubuhnya jadi segar, tenaganya pulih, rasa mengantuknya hilang, dan siap melanjutkan perjalanannya.
Ia pun membawa beberapa biji merah ke kota dan mencampurnya dengan makanan lain. Ia juga menggunakan biji merah itu sebagai bahan pencampur bagi minuman para biarawan agar bisa tetap terjaga selama berdoa. Ia juga menyebarkan biji-biji merah yang ajaib itu ke kota dan biara lain. Aucuba pun jadi orang kaya. Sedangkan, kisah Kaldi dengan kambing-kambingnya tak ada kelanjutannya.
Peran pedagang Arab
Terlepas dari berbagai legenda, mitos, dan klaim berbagai pihak, sejarah mencatat penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di Arab pada abad ke-15. Untuk jangka waktu yang lama, perdagangan komoditi yang berkelas tersebut dijaga dengan sangat ketat, para petani Arab berusaha dengan berbagai cara untuk menghentikan negara lain memperoleh biji kopi mereka yang berharga. Sejalan dengan waktu, biji kopi serta potongan tanaman tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai "anggur arab" .
Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa dan pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690 karena tanaman atau biji mentahnya tidak diizinkan keluar kawasan Arab. Kemudian, berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda.
Kopi pun dengan cepat menyebar ke Eropa. Meski masyarakat Italia sudah mengenal kopi sejak abad ke-10, namun pembukaan kedai kopi pertama, Botega Delcafe di Italia, baru terjadi pada tahun 1645. Kedai kopi itu kemudian menjadi pusat pertemuan para cerdik pandai di negeri pizza tersebut. Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair.
Pada abad ke-18, misionaris (utusan), para pedagang serta kolonis memperkenalkan kopi pada Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Lingkungan alamnya yang alami terbukti merupakan tempat yang tepat untuk bertanam kopi sehingga kopi dapat tumbuh menyebar dengan cepat.
Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika, pada awalnya tidak sesukses di Eropa karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Akan tetapi, selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis, sebagian hal ini didasari oleh menurunnya persediaan teh oleh para pedagang Inggris.
Minuman terlarang
Perjalanan kopi menjadi minuman yang paling digemari penduduk bumi memang tidak mulus. Ada masa-masa di mana kopi menjadi produk yang kehadirannya "diharamkan". Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan ortodoks di majelis keagamaan di Mekah, Arab Saudi. Akan tetapi, karena popularitas minuman ini, larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup.
Seabad kemudian, tepatnya pada tahun 1656, Wazir Kerajaan Usmaniyah mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, melainkan menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk meminta cerai.
Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan, minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang, melainkan juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Alasannya, kopi adalah "komoditas politik" kaum muslim dalam upaya menggeser popularitas anggur yang sejak lama sudah dikenal dan identik dengan kaum Katolik.
Larangan juga diberlakukan di Rusia, meski lebih bersifat "diskriminatif" dan menjaga wibawa aristokrasi kopi. Karena dianggap bergengsi sebagai minuman, Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.
Kopi di Indonesia
Pada awalnya, kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka. Awalnya, pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi, dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu, kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi arabika. Kopi ini tidak terserang hama.
Menurut situs wikipedia, pemerintah Belanda kemudian menanam kopi liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi liberika sedikit lebih besar dari biji kopi arabika dan kopi robusta.
Bencana alam, Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh, dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi arabika. Sedangkan, di Jawa Timur (Kayu Mas, Blewan, dan Jampit) umumnya adalah kopi robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi arabika dan robusta. Kopi robusta tumbuh di daerah rendah, sedangkan kopi arabika tumbuh di daerah tinggi.
Saat ini, kopi merupakan minuman ke-2 yang dikonsumsi di seluruh dunia, setelah air. Finlandia merupakan negara yang konsumsi per kapitanya paling tinggi, dengan rata-rata konsumsi per orang sekitar 1400 cangkir setiap tahunnya!
Kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. FAO memperkirakan, pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun.
(Dadang Gusyana, S.Si./dari berbagai sumber)*** PIKIRAN RAKYAT - Kamis, 24 Januari 2008
Widya Pratama Mengolah Kopi dengan Jurus Kejujuran
BANYAK orang yang percaya bahwa kopi bisa menjadi sumber bencana bagi kesehatan. Ada yang mengaku setelah minum kopi magnya kambuh, jantungnya berdegub lebih kencang, perutnya kembung, atau efek samping lain yang merugikan. Pendek kata, jika dibanding-bandingkan, kopi lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Benarkah?
"Memang bisa terjadi seperti itu, tetapi tunggu dulu, jangan salahkan kopinya. Jika ada efek seperti itu, biasanya karena kita yang salah memperlakukan kopi," kata Widya Pratama (55), pemilik gerai kopi Aroma. "Jika kita memperlakukan kopi secara benar, justru ada banyak manfaat yang kita dapat dari kopi, bukan sekadar menyegarkan badan dan menghilangkan kantuk, kopi juga bisa jadi obat."
Menurut Widya, kesalahan dalam pengelolaan kopi bisa terjadi dari hulu hingga hilir. Di hulu, karena didesak kebutuhan, petani sudah memetik buah kopi yang masih muda. "Padahal, kopi yang baik harus dimulai sejak pemetikan, yakni harus dipetik dalam kondisi sudah matang, cirinya warna biji merah menyala," kata pria kelahiran Bandung 16 Oktober 1952 ini memberi penjelasan.
Pada dasarnya kopi memang mengandung kafein dan zat asam yang tinggi. Nah, biasanya para pelaku bisnis kopi, khususnya yang berskala besar (pabrik), kurang memerhatikan aspek persyaratan ini. Kopi yang baru dipetik langsung digoreng atau disangray, lalu digiling menjadi serbuk halus.
"Kalau cara perlakuannya seperti ini, ya pasti, kopi yang kita minum bisa mengakibatkan sakit mag, perut kembung, atau jantung deg-degan. Kalau saya tidak berani memperlakukan kopi seperti itu karena pertanggungjawabannya dunia akhirat," kata penganut Katolik yang sejak kecil juga mendapat pendidikan ala pesantren ini.
Kata Widya, agar keasaman kopi berkurang atau hilang, setelah dijemur untuk mengurangi kadar air, kopi harus disimpan cukup lama. "Saya menyimpan kopi antara 5-8 tahun, setalah itu baru saya sangray dan oleh menjadi kopi bubuk untuk dijual kepada langganan saya. Dijamin, tak akan kembung atau sakit mag," kata Widya dengan pasti. "Dan jangan lupa, agar manfaat kopi bisa kita rasakan maksimum, cara menyeduh juga harus benar."
Prinsip kejujuran
Bagi para pencinta kopi, nama Widya Pratama memang tak asing. Di tengah gempuran produk-produk kopi instan yang dihasilkan melalui pabrik modern, Widya konsisten mempertahankan bisnis kopinya secara konvensional. Bukan hanya alat yang digunakan merupakan produk peninggalan zaman Belanda tahun 1930, tetapi dalam hal manajemen usaha, Widya lebih memilih sikap konvensional.
Di gudangnya yang terletak di kawasan Jln. Banceuy Bandung, berton-ton biji kopi kering dalam karung goni bertumpuk. Biji-biji kopi tersebut berasal dari berbagai daerah sentra kopi di seluruh tanah air yang ia kumpulkan. Usia biji kopi tersebut rata-rata di atas delapan tahun, bahkan ada di antaranya sudah berusia 30 tahun.
Demikian pula saat menggoreng atau nyangray kopi, Widya lebih memilih cara lama, menggunakan kayu bakar dari pohon karet. Akibatnya, waktu penggorengan sangat lama, bisa mencapai dua jam. "Dengan kompor gas sebenarnya bisa lebih cepat. Tapi, cara seperti itu menyalahi filosofi mengelola kopi. Saya tidak mau. Kalau proses pembuatannya harus seperti itu, ya harus kita ikuti, agar orang lain tidak dirugikan," kata Widya dengan penuh kesungguhan.
"Bagi saya, mengelola kopi itu harus dengan niat bahwa usaha ini bukan sekadar mencari uang, tapi juga menjadi jalan buat saya dan keluarga saya agar bisa masuk surga. Makanya, saya tak mau bohongi orang karena bohong itu dosa, gini-gini juga saya pengen lho masuk surga, ha...ha...ha...," kata Widya disertai derai tawa.
Widya Pratama adalah generasi kedua penerima tongkat estafet Kopi Aroma yang didirikan ayahnya, Tan Houw Sian, pada tahun 1930. Sang ayah sebelumnya adalah pegawai perusahaan kopi milik Belanda sebelum mendirikan perusahaan kopi. Meski setiap hari sebagai dosen mata kuliah ekonomi di Universitas Padjadjaran, Universitas Maranatha, dan Universitas Widyatama Bandung, Widya tetap setia menjalani "kewajibannya" berada di dapur untuk mengelola kopi. "Setiap hari saya ya begini, bersama para karyawan nyangray kopi, baru setelah siang, saya mengajar," kata jebolan Fakultas Ekonomi Unpad yang menjadi anak angkat almarhum Prof. Rochmat Sumitro, Guru Besar Fakultas Ekonomi Unpad.
Setelah dirinya, Widya mengaku tidak tahu, siapa di antara ketiga anaknya yang akan mewarisi usaha kopinya. "Saya belum tahu, siapa yang akan meneruskan usaha saya, belum ada tuh anak-anak saya yang tertarik meneruskan usaha saya. Yang saya tahu, anak bungsu saya malah suka filsafat, biarin ajalah," kata Widya lagi-lagi dengan derai suaranya yang khas. (Muhtar Ibnu Thalab/"PR")***
"Memang bisa terjadi seperti itu, tetapi tunggu dulu, jangan salahkan kopinya. Jika ada efek seperti itu, biasanya karena kita yang salah memperlakukan kopi," kata Widya Pratama (55), pemilik gerai kopi Aroma. "Jika kita memperlakukan kopi secara benar, justru ada banyak manfaat yang kita dapat dari kopi, bukan sekadar menyegarkan badan dan menghilangkan kantuk, kopi juga bisa jadi obat."
Menurut Widya, kesalahan dalam pengelolaan kopi bisa terjadi dari hulu hingga hilir. Di hulu, karena didesak kebutuhan, petani sudah memetik buah kopi yang masih muda. "Padahal, kopi yang baik harus dimulai sejak pemetikan, yakni harus dipetik dalam kondisi sudah matang, cirinya warna biji merah menyala," kata pria kelahiran Bandung 16 Oktober 1952 ini memberi penjelasan.
Pada dasarnya kopi memang mengandung kafein dan zat asam yang tinggi. Nah, biasanya para pelaku bisnis kopi, khususnya yang berskala besar (pabrik), kurang memerhatikan aspek persyaratan ini. Kopi yang baru dipetik langsung digoreng atau disangray, lalu digiling menjadi serbuk halus.
"Kalau cara perlakuannya seperti ini, ya pasti, kopi yang kita minum bisa mengakibatkan sakit mag, perut kembung, atau jantung deg-degan. Kalau saya tidak berani memperlakukan kopi seperti itu karena pertanggungjawabannya dunia akhirat," kata penganut Katolik yang sejak kecil juga mendapat pendidikan ala pesantren ini.
Kata Widya, agar keasaman kopi berkurang atau hilang, setelah dijemur untuk mengurangi kadar air, kopi harus disimpan cukup lama. "Saya menyimpan kopi antara 5-8 tahun, setalah itu baru saya sangray dan oleh menjadi kopi bubuk untuk dijual kepada langganan saya. Dijamin, tak akan kembung atau sakit mag," kata Widya dengan pasti. "Dan jangan lupa, agar manfaat kopi bisa kita rasakan maksimum, cara menyeduh juga harus benar."
Prinsip kejujuran
Bagi para pencinta kopi, nama Widya Pratama memang tak asing. Di tengah gempuran produk-produk kopi instan yang dihasilkan melalui pabrik modern, Widya konsisten mempertahankan bisnis kopinya secara konvensional. Bukan hanya alat yang digunakan merupakan produk peninggalan zaman Belanda tahun 1930, tetapi dalam hal manajemen usaha, Widya lebih memilih sikap konvensional.
Di gudangnya yang terletak di kawasan Jln. Banceuy Bandung, berton-ton biji kopi kering dalam karung goni bertumpuk. Biji-biji kopi tersebut berasal dari berbagai daerah sentra kopi di seluruh tanah air yang ia kumpulkan. Usia biji kopi tersebut rata-rata di atas delapan tahun, bahkan ada di antaranya sudah berusia 30 tahun.
Demikian pula saat menggoreng atau nyangray kopi, Widya lebih memilih cara lama, menggunakan kayu bakar dari pohon karet. Akibatnya, waktu penggorengan sangat lama, bisa mencapai dua jam. "Dengan kompor gas sebenarnya bisa lebih cepat. Tapi, cara seperti itu menyalahi filosofi mengelola kopi. Saya tidak mau. Kalau proses pembuatannya harus seperti itu, ya harus kita ikuti, agar orang lain tidak dirugikan," kata Widya dengan penuh kesungguhan.
"Bagi saya, mengelola kopi itu harus dengan niat bahwa usaha ini bukan sekadar mencari uang, tapi juga menjadi jalan buat saya dan keluarga saya agar bisa masuk surga. Makanya, saya tak mau bohongi orang karena bohong itu dosa, gini-gini juga saya pengen lho masuk surga, ha...ha...ha...," kata Widya disertai derai tawa.
Widya Pratama adalah generasi kedua penerima tongkat estafet Kopi Aroma yang didirikan ayahnya, Tan Houw Sian, pada tahun 1930. Sang ayah sebelumnya adalah pegawai perusahaan kopi milik Belanda sebelum mendirikan perusahaan kopi. Meski setiap hari sebagai dosen mata kuliah ekonomi di Universitas Padjadjaran, Universitas Maranatha, dan Universitas Widyatama Bandung, Widya tetap setia menjalani "kewajibannya" berada di dapur untuk mengelola kopi. "Setiap hari saya ya begini, bersama para karyawan nyangray kopi, baru setelah siang, saya mengajar," kata jebolan Fakultas Ekonomi Unpad yang menjadi anak angkat almarhum Prof. Rochmat Sumitro, Guru Besar Fakultas Ekonomi Unpad.
Setelah dirinya, Widya mengaku tidak tahu, siapa di antara ketiga anaknya yang akan mewarisi usaha kopinya. "Saya belum tahu, siapa yang akan meneruskan usaha saya, belum ada tuh anak-anak saya yang tertarik meneruskan usaha saya. Yang saya tahu, anak bungsu saya malah suka filsafat, biarin ajalah," kata Widya lagi-lagi dengan derai suaranya yang khas. (Muhtar Ibnu Thalab/"PR")***
Persneling Otomatik Tak Perlu Ditakuti
Akhir-akhir ini ada dua mobil terjun dari tempat parkir bertingkat, kebetulan kedua mobil itu berpersneling otomatik. Tidak heran jika kemudian muncul pertanyaan, apakah mengendarai mobil dengan persneling otomatik lebih berbahaya daripada mengemudikan mobil dengan persneling manual?
Sesungguhnya pertanyaan seperti itu tidak perlu muncul, mengingat mengendarai mobil dengan persneling otomatik itu sama tidak berbahaya atau sama berbahayanya dengan mengendarai mobil dengan persneling manual. Yang menentukan orang yang duduk di belakang setir. Persoalannya hanya soal biasa atau tidak biasa?
Bagi pengendara pemula atau orang yang sama sekali tidak dapat mengendarai mobil, belajar menggunakan mobil dengan persneling otomatik lebih mudah. Mengingat ia hanya perlu meletakkan atau mengistirahatkan kaki kiri di tempat injakan kaki (foot rest), dan menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal gas (akselerator) atau menginjak pedal rem.
Pada mobil dengan persneling otomatik, dalam keadaan idle (pedal gas tidak diinjak) gas sudah cukup besar sehingga apabila tangkai persneling diletakkan di D (drive), mobil sudah akan melaju. Itu sebabnya, sebagai pengaman, mesin tidak dapat dihidupkan jika pedal rem tidak diinjak. Pedal rem harus tetap diinjak setelah mesin hidup. Sebab, jika tidak, tangkai persneling tidak dapat dipindahkan dari huruf P (parking) ke huruf D.
Setelah mobil melaju, konsentrasi pengendara terpusat pada setir dan rem. Ia sama sekali tidak perlu menginjak pedal kopling dan melepaskan injakannya saat menaikkan atau menurunkan gigi persneling seperti orang yang mengendarai mobil dengan persneling manual.
Dengan demikian, pada saat belajar, pemula tidak akan mengalami mesin mati karena injakan di pedal gas terlalu lembut saat injakan di pedal kopling dilepaskan, atau saat melepaskan kopling terlalu cepat, atau saat terlambat menurunkan gigi persneling ketika mobil melaju perlahan. Bahkan, mesin tidak akan mati saat mobil menanjak.
Jika terjebak di tengah kemacetan lalu lintas, menggunakan mobil dengan persneling otomatik lebih enak karena kaki kiri tidak perlu menginjak dan melepaskan pedal kopling, yang semakin lama semakin terasa berat.
Sedangkan pengendara yang sudah mahir mengemudikan mobil dengan persneling manual, ketika mengendarai mobil dengan persneling otomatik mungkin sedikit lebih repot. Ia harus membiasakan diri untuk tidak menggunakan atau mengistirahatkan kaki kirinya. Mengingat pada mobil dengan persneling manual, pengendara menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal gas atau pedal rem, sedangkan kaki kiri digunakan untuk menginjak dan melepaskan pedal kopling. Akibatnya, pada tahap awal, tidak jarang pengendara akan menginjak rem dengan kaki kiri.
Sebagai analogi, mengendarai mobil dengan persneling otomatik sama seperti mengendarai skuter otomatik (skutik). Tinggal menarik handel rem dengan tangan kiri dan tekan tombol start untuk menghidupkan mesin. Setelah itu tinggal lepaskan handel rem, putar handel gas dengan tangan kanan, dan skutik melaju. Selama perjalanan, pengguna skutik hanya menggunakan tangan kiri dan tangan kanan. Menarik handel rem belakang dengan tangan kiri dan handel rem depan dengan tangan kanan. Selama perjalanan, pengendara tidak perlu menaikkan atau menurunkan gigi persneling. Kedua kaki praktis menganggur. Perbedaannya dengan mobil dengan persneling otomatik hanyalah skutik tidak memiliki gigi persneling mundur.
Fungsi huruf dan angka
Pada mobil dengan persneling otomatik, untuk maju, pengendara tinggal memindahkan tangkai persneling ke huruf D, mundur huruf R (reverse), netral (N), dan untuk parking (P). Di luar keempat huruf itu ada pula angka 3, 2, 1 atau L, atau hanya 2, 1 atau L (tergantung merek mobilnya). Atau huruf S (Sport) apabila pengendara menginginkan performa sport, di mana putaran mesin per menit menjadi lebih tinggi.
Angka-angka itu diperlukan pada saat ingin mengurangi kecepatan dengan mesin (engine brake) saat melaju di turunan. Pada saat dirasakan mobil melaju terlalu cepat di turunan, maka tangkai persneling tinggal dipindahkan ke angka 2 (sama dengan gigi persneling 2 pada mobil dengan persneling manual). Bahkan kalau perlu pindahkan ke angka 1 jika turunan itu sangat curam. Angka 2 dan 1 juga digunakan pada saat mobil memerlukan tenaga besar, tetapi tetap melaju perlahan di jalan tanah atau kondisinya agak berlumpur.
Kekhawatiran mobil dengan persneling otomatik tidak kuat menanjak juga tidak perlu terjadi. Yang diperlukan hanyalah melakukan kickdown (menginjak pedal gas dalam-dalam) pada saat putaran mesin menurun. Dengan demikian, gigi persneling akan turun sehingga putaran mesin naik kembali dan mobil akan menanjak dengan baik. Sebaiknya, pengendara tahu torsi maksimum mesin mobilnya dicapai pada putaran mesin berapa? Umumnya, torsi maksimum mesin mobil dicapai pada 4.000 rpm. Karena itu, menjaga putaran mesin pada 4.000 rpm adalah cara terbaik saat menanjak. Ini juga berlaku bagi mobil dengan persneling manual.
Namun, jika tidak mau repot, bisa juga tuas persneling dipindahkan dari D ke angka 3 atau 2. Dan, setelah kecepatan bertambah tinggi, tangkai persneling dikembalikan ke huruf D.
Pada mobil dengan persneling otomatik yang dilengkapi tiptronic, termasuk Honda Jazz dan Honda City, segalanya lebih mudah. Mengingat pengendara dimungkinkan untuk menaikkan atau menurunkan gigi persneling secara manual tanpa kehadiran pedal kopling. Bahkan, pada kedua mobil tersebut gigi, persneling juga dapat dinaikkan dan diturunkan melalui tombol-tombol yang terdapat di setir.
Pada mobil yang dilengkapi tiptronic, tidak ada angka 3, 2, 1 atau L di dekat tangkai persneling, atau di setir (pada merek tertentu), yang ada hanya tanda plus (+) dan minus (-).
Dengan demikian, pada saat mobil melaju di jalan lurus, menanjak, atau menurun, pengendara tinggal memindahkan tangkai persneling ke posisi manual, atau menekan tuas di setir, untuk mengoperasikan tiptronic. Pada saat tiptronic sudah difungsikan, maka indikator di dashboard yang sebelumnya menunjukkan huruf D akan berubah menjadi angka 5, 4, 3, 2, atau 1 untuk menunjukkan pada gigi persneling berapa mobil sedang melaju. Setelah itu, pengendara tinggal menaikkan atau menurunkan gigi persneling sesuai dengan keperluan atau keinginan.
Bisa dinetralkan
Di Indonesia, pada saat areal parkir sudah penuh, sering kali petugas parkir akan meminta mobil diparkir sejajar di belakang mobil-mobil yang diparkir vertikal. Dengan demikian, petugas parkir akan meminta agar persneling mobil dinetralkan (N) dan minta rem tangan tidak ditarik sehingga mobil dapat didorong ke depan atau ke belakang apabila ada mobil yang diparkir vertikal akan keluar.
Di masa lalu, tidak mungkin bagi mobil dengan persneling otomatik memarkir mobilnya sejajar di belakang mobil yang diparkir vertikal. Mengingat kunci mobil tidak dapat dilepaskan, apabila tangkai persneling tidak dipindahkan ke huruf P. Padahal jika tangkai persneling dipindahkan ke huruf P, mesin dimatikan, dan kunci dicabut, tangkai persneling tidak dapat dipindah-pindah lagi. Selain itu, mobil juga tidak dapat didorong ke depan atau ke belakang.
Namun, masalah itu kini telah diatasi. Pada beberapa merek tertentu, persneling otomatik dilengkapi dengan lubang shiftlock, dengan demikian pengendara tinggal masukkan kunci ke dalam lubang shiftlock dan memindahkan tangkai persneling dari huruf P ke huruf N, dan mobil dapat didorong ke depan dan ke belakang.
Kekhawatiran yang tertinggal dari masa lalu adalah kalau mogok, mobil dengan persneling otomatik tidak dapat didorong, berbeda dengan mobil dengan persneling manual. Akan tetapi, itu dulu, di mana mobil belum menggunakan komputer. Kini, teknologi otomotif sudah maju sehingga mobil yang dirawat secara berkala sesuai dengan anjuran, secara teoretik tidak akan mogok mendadak. Dan, kalaupun mobil sampai mogok, pastilah mesin tidak akan hidup dengan didorong. Yang perlu dilakukan adalah menelepon layanan servis 24 jam (tergantung merek mobil), dan mereka yang akan mengurus segala sesuatunya. Mobil otomatik, siapa takut! (JL)
KOMPAS - Jumat, 25 januari 2008 04:52 WIB
Sesungguhnya pertanyaan seperti itu tidak perlu muncul, mengingat mengendarai mobil dengan persneling otomatik itu sama tidak berbahaya atau sama berbahayanya dengan mengendarai mobil dengan persneling manual. Yang menentukan orang yang duduk di belakang setir. Persoalannya hanya soal biasa atau tidak biasa?
Bagi pengendara pemula atau orang yang sama sekali tidak dapat mengendarai mobil, belajar menggunakan mobil dengan persneling otomatik lebih mudah. Mengingat ia hanya perlu meletakkan atau mengistirahatkan kaki kiri di tempat injakan kaki (foot rest), dan menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal gas (akselerator) atau menginjak pedal rem.
Pada mobil dengan persneling otomatik, dalam keadaan idle (pedal gas tidak diinjak) gas sudah cukup besar sehingga apabila tangkai persneling diletakkan di D (drive), mobil sudah akan melaju. Itu sebabnya, sebagai pengaman, mesin tidak dapat dihidupkan jika pedal rem tidak diinjak. Pedal rem harus tetap diinjak setelah mesin hidup. Sebab, jika tidak, tangkai persneling tidak dapat dipindahkan dari huruf P (parking) ke huruf D.
Setelah mobil melaju, konsentrasi pengendara terpusat pada setir dan rem. Ia sama sekali tidak perlu menginjak pedal kopling dan melepaskan injakannya saat menaikkan atau menurunkan gigi persneling seperti orang yang mengendarai mobil dengan persneling manual.
Dengan demikian, pada saat belajar, pemula tidak akan mengalami mesin mati karena injakan di pedal gas terlalu lembut saat injakan di pedal kopling dilepaskan, atau saat melepaskan kopling terlalu cepat, atau saat terlambat menurunkan gigi persneling ketika mobil melaju perlahan. Bahkan, mesin tidak akan mati saat mobil menanjak.
Jika terjebak di tengah kemacetan lalu lintas, menggunakan mobil dengan persneling otomatik lebih enak karena kaki kiri tidak perlu menginjak dan melepaskan pedal kopling, yang semakin lama semakin terasa berat.
Sedangkan pengendara yang sudah mahir mengemudikan mobil dengan persneling manual, ketika mengendarai mobil dengan persneling otomatik mungkin sedikit lebih repot. Ia harus membiasakan diri untuk tidak menggunakan atau mengistirahatkan kaki kirinya. Mengingat pada mobil dengan persneling manual, pengendara menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal gas atau pedal rem, sedangkan kaki kiri digunakan untuk menginjak dan melepaskan pedal kopling. Akibatnya, pada tahap awal, tidak jarang pengendara akan menginjak rem dengan kaki kiri.
Sebagai analogi, mengendarai mobil dengan persneling otomatik sama seperti mengendarai skuter otomatik (skutik). Tinggal menarik handel rem dengan tangan kiri dan tekan tombol start untuk menghidupkan mesin. Setelah itu tinggal lepaskan handel rem, putar handel gas dengan tangan kanan, dan skutik melaju. Selama perjalanan, pengguna skutik hanya menggunakan tangan kiri dan tangan kanan. Menarik handel rem belakang dengan tangan kiri dan handel rem depan dengan tangan kanan. Selama perjalanan, pengendara tidak perlu menaikkan atau menurunkan gigi persneling. Kedua kaki praktis menganggur. Perbedaannya dengan mobil dengan persneling otomatik hanyalah skutik tidak memiliki gigi persneling mundur.
Fungsi huruf dan angka
Pada mobil dengan persneling otomatik, untuk maju, pengendara tinggal memindahkan tangkai persneling ke huruf D, mundur huruf R (reverse), netral (N), dan untuk parking (P). Di luar keempat huruf itu ada pula angka 3, 2, 1 atau L, atau hanya 2, 1 atau L (tergantung merek mobilnya). Atau huruf S (Sport) apabila pengendara menginginkan performa sport, di mana putaran mesin per menit menjadi lebih tinggi.
Angka-angka itu diperlukan pada saat ingin mengurangi kecepatan dengan mesin (engine brake) saat melaju di turunan. Pada saat dirasakan mobil melaju terlalu cepat di turunan, maka tangkai persneling tinggal dipindahkan ke angka 2 (sama dengan gigi persneling 2 pada mobil dengan persneling manual). Bahkan kalau perlu pindahkan ke angka 1 jika turunan itu sangat curam. Angka 2 dan 1 juga digunakan pada saat mobil memerlukan tenaga besar, tetapi tetap melaju perlahan di jalan tanah atau kondisinya agak berlumpur.
Kekhawatiran mobil dengan persneling otomatik tidak kuat menanjak juga tidak perlu terjadi. Yang diperlukan hanyalah melakukan kickdown (menginjak pedal gas dalam-dalam) pada saat putaran mesin menurun. Dengan demikian, gigi persneling akan turun sehingga putaran mesin naik kembali dan mobil akan menanjak dengan baik. Sebaiknya, pengendara tahu torsi maksimum mesin mobilnya dicapai pada putaran mesin berapa? Umumnya, torsi maksimum mesin mobil dicapai pada 4.000 rpm. Karena itu, menjaga putaran mesin pada 4.000 rpm adalah cara terbaik saat menanjak. Ini juga berlaku bagi mobil dengan persneling manual.
Namun, jika tidak mau repot, bisa juga tuas persneling dipindahkan dari D ke angka 3 atau 2. Dan, setelah kecepatan bertambah tinggi, tangkai persneling dikembalikan ke huruf D.
Pada mobil dengan persneling otomatik yang dilengkapi tiptronic, termasuk Honda Jazz dan Honda City, segalanya lebih mudah. Mengingat pengendara dimungkinkan untuk menaikkan atau menurunkan gigi persneling secara manual tanpa kehadiran pedal kopling. Bahkan, pada kedua mobil tersebut gigi, persneling juga dapat dinaikkan dan diturunkan melalui tombol-tombol yang terdapat di setir.
Pada mobil yang dilengkapi tiptronic, tidak ada angka 3, 2, 1 atau L di dekat tangkai persneling, atau di setir (pada merek tertentu), yang ada hanya tanda plus (+) dan minus (-).
Dengan demikian, pada saat mobil melaju di jalan lurus, menanjak, atau menurun, pengendara tinggal memindahkan tangkai persneling ke posisi manual, atau menekan tuas di setir, untuk mengoperasikan tiptronic. Pada saat tiptronic sudah difungsikan, maka indikator di dashboard yang sebelumnya menunjukkan huruf D akan berubah menjadi angka 5, 4, 3, 2, atau 1 untuk menunjukkan pada gigi persneling berapa mobil sedang melaju. Setelah itu, pengendara tinggal menaikkan atau menurunkan gigi persneling sesuai dengan keperluan atau keinginan.
Bisa dinetralkan
Di Indonesia, pada saat areal parkir sudah penuh, sering kali petugas parkir akan meminta mobil diparkir sejajar di belakang mobil-mobil yang diparkir vertikal. Dengan demikian, petugas parkir akan meminta agar persneling mobil dinetralkan (N) dan minta rem tangan tidak ditarik sehingga mobil dapat didorong ke depan atau ke belakang apabila ada mobil yang diparkir vertikal akan keluar.
Di masa lalu, tidak mungkin bagi mobil dengan persneling otomatik memarkir mobilnya sejajar di belakang mobil yang diparkir vertikal. Mengingat kunci mobil tidak dapat dilepaskan, apabila tangkai persneling tidak dipindahkan ke huruf P. Padahal jika tangkai persneling dipindahkan ke huruf P, mesin dimatikan, dan kunci dicabut, tangkai persneling tidak dapat dipindah-pindah lagi. Selain itu, mobil juga tidak dapat didorong ke depan atau ke belakang.
Namun, masalah itu kini telah diatasi. Pada beberapa merek tertentu, persneling otomatik dilengkapi dengan lubang shiftlock, dengan demikian pengendara tinggal masukkan kunci ke dalam lubang shiftlock dan memindahkan tangkai persneling dari huruf P ke huruf N, dan mobil dapat didorong ke depan dan ke belakang.
Kekhawatiran yang tertinggal dari masa lalu adalah kalau mogok, mobil dengan persneling otomatik tidak dapat didorong, berbeda dengan mobil dengan persneling manual. Akan tetapi, itu dulu, di mana mobil belum menggunakan komputer. Kini, teknologi otomotif sudah maju sehingga mobil yang dirawat secara berkala sesuai dengan anjuran, secara teoretik tidak akan mogok mendadak. Dan, kalaupun mobil sampai mogok, pastilah mesin tidak akan hidup dengan didorong. Yang perlu dilakukan adalah menelepon layanan servis 24 jam (tergantung merek mobil), dan mereka yang akan mengurus segala sesuatunya. Mobil otomatik, siapa takut! (JL)
KOMPAS - Jumat, 25 januari 2008 04:52 WIB
Pentingnya Deteksi Dini Payah Jantung
Jumat, 25 januari 2008 04:53 WIB
A Fauzi Yahya
Di antara penyakit Pak Harto yang paling mengemuka adalah payah jantung. Namun, mantan Presiden Indonesia itu tidak menderita payah jantung sendirian. Sekitar 10 persen penderita usia di atas 75 tahun fungsi pompa jantungnya melemah. Lima juta orang Amerika dan sedikitnya 10 juta orang Eropa menderita payah jantung.
Sejumlah peneliti di Indonesia telah mulai mendata jumlah penderita payah jantung yang kini terbaring di berbagai rumah sakit.
Penderita payah jantung di negeri kita ada yang mendapat terapi yang memang semestinya didapat, namun tidak sedikit yang diobati seadanya baik karena masalah finansial maupun lantaran keterbatasan tenaga ahli dan peralatan di rumah sakit.
Payah jantung terjadi manakala organ pompa darah tubuh itu tidak mampu mencurahkan jumlah darah yang mencukupi kebutuhan metabolisme sel-sel tubuh.
Berbagai hal dapat mengganggu fungsi jantung. Penyakit jantung koroner (termasuk serangan jantung) dapat mencetuskan payah jantung. Tekanan darah tinggi (hipertensi) dalam jangka panjang dapat melemahkan fungsi jantung.
Penyebab lain payah jantung adalah gangguan irama jantung, penyakit katup jantung, penyakit jantung bawaan, dan paparan zat-zat toksin—termasuk obat-obat kemoterapi.
Infeksi kuman di jantung dapat pula mengganggu fungsi jantung. Kardiomiopati adalah jenis payah jantung yang penyebabnya hingga sekarang belum diketahui dengan pasti.
Mekanisme kompensasi
Sebelum fungsi jantung benar benar payah, tubuh melakukan upaya kompensasi untuk mempertahankan curah jantung melalui reaksi neurohumoral yang kompleks seperti aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, norepineprin dan arginin vasopressin.
Namun aktivasi neurohumoral itu bagaikan pedang bermata dua, yaitu dapat menjadi racun yang membuat sel-sel jantung berguguran dan tergantikan oleh jaringan ikat yang tidak punya kemampuan kontraksi.
Bila tidak terdapat usaha-usaha untuk ”menolong” jantung, organ ini secara progresif akan mengalami penurunan fungsi pompa yang akhirnya dapat berpotensi merusak berbagai organ termasuk ginjal.
Kalau faal organ-organ lain ikut memburuk maka penanganannya jadi tambah rumit. Lebih dari 50 persen penderita payah jantung berat akan meninggal dalam kurun satu tahun.
Untuk itu, sebelum payah jantung terjadi atau sulit dikendalikan maka penting mendeteksi lebih dini faktor-faktor yang berpotensi merusak organ pompa darah tubuh itu.
Deteksi dini telah dilakukan dan terbukti efektif mencegah perkembangan lebih lanjut kanker payudara, kanker leher rahim, kanker prostat, bahkan osteoporosis.
Para ahli jantung yang dimotori American College Cardiology/American Heart Association membagi payah jantung dalam empat stadium.
Yang tergolong stadium A adalah mereka dengan faktor risiko tinggi mengalami payah jantung (seperti penderita hipertensi, penyakit kencing manis, penyakit jantung koroner).
Pada fase ini tidak dijumpai keluhan maupun abnormalitas struktur jantung.
Walaupun tidak ada keluhan seseorang dikategorikan stadium B bila teridentifikasi adanya gangguan struktur jantung seperti penebalan dinding jantung, adanya jaringan parut ataupun kontraksi jantung yang mulai menurun.
Bila sudah atau pernah ada keluhan payah jantung, penderita dikategorikan dalam stadium C.
Kalau payah jantung sudah susah diterapi dengan obat-obat yang biasa digunakan dan bolak balik masuk rumah sakit serta membutuhkan intervensi khusus maka sudah masuk dalam stadium D yang merupakan tahap terakhir payah jantung.
Dengan diperkenalkannya sistem ini, usaha-usaha menekan progresivitas gangguan jantung dapat segera dilakukan.
Pada mereka yang berada pada stadium awal, walaupun tidak ada keluhan dan jantungnya baik-baik saja, mereka perlu didorong untuk memperbaiki gaya hidup baik dengan diet sehat, aktivitas fisik yang rutin, dan mengontrol faktor-faktor risiko yang dimilikinya.
Berbagai studi membuktikan terapi efektif hipertensi dapat menekan insiden payah jantung hingga 50 persen.
Tekanan darah yang meninggi terus-menerus akan mencetuskan sinyal biologis pada mekanoreseptor—suatu reseptor khusus di membran sel-sel jantung—untuk melakukan perubahan internal dalam sel yang ujung-ujungnya akan menebalkan bilik kiri jantung dan akhirnya dapat memperlemah kerja jantung.
Penderita kencing manis tidak hanya perlu menekan kadar gula darah, namun jantungnya pun perlu dicek karena bisa jadi terdapat gangguan jantung yang tak kentara.
Pengecekan itu dimulai dari cara yang sederhana, seperti pemeriksaan rekam listrik jantung (EKG) yang dilanjutkan tes ban berjalan (treadmill).
Jika diperlukan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan sidik perfusi, ekokardiografi, pemindaian jantung hingga angiografi koroner.
Bila ternyata ada gangguan jantung, terapi intensif lebih dini dapat dilakukan guna mencegah terjadinya pemburukan lebih lanjut.
Adapun pada penderita yang telah didiagnosis dengan penyempitan pembuluh koroner maka perlu usaha-usaha untuk ”menjinakkan” progresivitas penyempitan tersebut melalui pengendalian faktor-faktor risiko dan yang terpenting di antaranya dengan menekan kadar kolesterol.
Kolesterol
Kadar kolesterol LDL yang dikenal dengan kolesterol ”jahat” diusahakan diturunkan hingga di bawah 100 mg/dl melalui obat golongan statin.
Bila penderita penyempitan koroner ini ternyata disertai penyakit kencing manis, angka tersebut disarankan di bawah 70 mg/dl.
Pada sebagian penderita dengan dugaan penyempitan yang berat pada pembuluh koroner maka perlu dilakukan angiografi koroner untuk mengetahui kelainan anatomi pembuluh koroner jantung yang kemudian dapat dilanjutkan ke tindakan perbaikan aliran darah (revaskularisasi) apakah melalui tindakan intervensi nonbedah seperti pemasangan ”cincin” (stent) atau lebih jauh harus dilakukan operasi bedah pintas koroner.
Usaha menjaga fungsi jantung memang tidak dapat dilakukan secara pasif, namun menuntut upaya pro-aktif yang empunya sebelum jantung melemah dan tak berdaya.
Dr A Fauzi Yahya SpJP, Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah RS Hasan Sadikin/ Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung .
KOMPAS - Jumat-25 Januari 2007
A Fauzi Yahya
Di antara penyakit Pak Harto yang paling mengemuka adalah payah jantung. Namun, mantan Presiden Indonesia itu tidak menderita payah jantung sendirian. Sekitar 10 persen penderita usia di atas 75 tahun fungsi pompa jantungnya melemah. Lima juta orang Amerika dan sedikitnya 10 juta orang Eropa menderita payah jantung.
Sejumlah peneliti di Indonesia telah mulai mendata jumlah penderita payah jantung yang kini terbaring di berbagai rumah sakit.
Penderita payah jantung di negeri kita ada yang mendapat terapi yang memang semestinya didapat, namun tidak sedikit yang diobati seadanya baik karena masalah finansial maupun lantaran keterbatasan tenaga ahli dan peralatan di rumah sakit.
Payah jantung terjadi manakala organ pompa darah tubuh itu tidak mampu mencurahkan jumlah darah yang mencukupi kebutuhan metabolisme sel-sel tubuh.
Berbagai hal dapat mengganggu fungsi jantung. Penyakit jantung koroner (termasuk serangan jantung) dapat mencetuskan payah jantung. Tekanan darah tinggi (hipertensi) dalam jangka panjang dapat melemahkan fungsi jantung.
Penyebab lain payah jantung adalah gangguan irama jantung, penyakit katup jantung, penyakit jantung bawaan, dan paparan zat-zat toksin—termasuk obat-obat kemoterapi.
Infeksi kuman di jantung dapat pula mengganggu fungsi jantung. Kardiomiopati adalah jenis payah jantung yang penyebabnya hingga sekarang belum diketahui dengan pasti.
Mekanisme kompensasi
Sebelum fungsi jantung benar benar payah, tubuh melakukan upaya kompensasi untuk mempertahankan curah jantung melalui reaksi neurohumoral yang kompleks seperti aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, norepineprin dan arginin vasopressin.
Namun aktivasi neurohumoral itu bagaikan pedang bermata dua, yaitu dapat menjadi racun yang membuat sel-sel jantung berguguran dan tergantikan oleh jaringan ikat yang tidak punya kemampuan kontraksi.
Bila tidak terdapat usaha-usaha untuk ”menolong” jantung, organ ini secara progresif akan mengalami penurunan fungsi pompa yang akhirnya dapat berpotensi merusak berbagai organ termasuk ginjal.
Kalau faal organ-organ lain ikut memburuk maka penanganannya jadi tambah rumit. Lebih dari 50 persen penderita payah jantung berat akan meninggal dalam kurun satu tahun.
Untuk itu, sebelum payah jantung terjadi atau sulit dikendalikan maka penting mendeteksi lebih dini faktor-faktor yang berpotensi merusak organ pompa darah tubuh itu.
Deteksi dini telah dilakukan dan terbukti efektif mencegah perkembangan lebih lanjut kanker payudara, kanker leher rahim, kanker prostat, bahkan osteoporosis.
Para ahli jantung yang dimotori American College Cardiology/American Heart Association membagi payah jantung dalam empat stadium.
Yang tergolong stadium A adalah mereka dengan faktor risiko tinggi mengalami payah jantung (seperti penderita hipertensi, penyakit kencing manis, penyakit jantung koroner).
Pada fase ini tidak dijumpai keluhan maupun abnormalitas struktur jantung.
Walaupun tidak ada keluhan seseorang dikategorikan stadium B bila teridentifikasi adanya gangguan struktur jantung seperti penebalan dinding jantung, adanya jaringan parut ataupun kontraksi jantung yang mulai menurun.
Bila sudah atau pernah ada keluhan payah jantung, penderita dikategorikan dalam stadium C.
Kalau payah jantung sudah susah diterapi dengan obat-obat yang biasa digunakan dan bolak balik masuk rumah sakit serta membutuhkan intervensi khusus maka sudah masuk dalam stadium D yang merupakan tahap terakhir payah jantung.
Dengan diperkenalkannya sistem ini, usaha-usaha menekan progresivitas gangguan jantung dapat segera dilakukan.
Pada mereka yang berada pada stadium awal, walaupun tidak ada keluhan dan jantungnya baik-baik saja, mereka perlu didorong untuk memperbaiki gaya hidup baik dengan diet sehat, aktivitas fisik yang rutin, dan mengontrol faktor-faktor risiko yang dimilikinya.
Berbagai studi membuktikan terapi efektif hipertensi dapat menekan insiden payah jantung hingga 50 persen.
Tekanan darah yang meninggi terus-menerus akan mencetuskan sinyal biologis pada mekanoreseptor—suatu reseptor khusus di membran sel-sel jantung—untuk melakukan perubahan internal dalam sel yang ujung-ujungnya akan menebalkan bilik kiri jantung dan akhirnya dapat memperlemah kerja jantung.
Penderita kencing manis tidak hanya perlu menekan kadar gula darah, namun jantungnya pun perlu dicek karena bisa jadi terdapat gangguan jantung yang tak kentara.
Pengecekan itu dimulai dari cara yang sederhana, seperti pemeriksaan rekam listrik jantung (EKG) yang dilanjutkan tes ban berjalan (treadmill).
Jika diperlukan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan sidik perfusi, ekokardiografi, pemindaian jantung hingga angiografi koroner.
Bila ternyata ada gangguan jantung, terapi intensif lebih dini dapat dilakukan guna mencegah terjadinya pemburukan lebih lanjut.
Adapun pada penderita yang telah didiagnosis dengan penyempitan pembuluh koroner maka perlu usaha-usaha untuk ”menjinakkan” progresivitas penyempitan tersebut melalui pengendalian faktor-faktor risiko dan yang terpenting di antaranya dengan menekan kadar kolesterol.
Kolesterol
Kadar kolesterol LDL yang dikenal dengan kolesterol ”jahat” diusahakan diturunkan hingga di bawah 100 mg/dl melalui obat golongan statin.
Bila penderita penyempitan koroner ini ternyata disertai penyakit kencing manis, angka tersebut disarankan di bawah 70 mg/dl.
Pada sebagian penderita dengan dugaan penyempitan yang berat pada pembuluh koroner maka perlu dilakukan angiografi koroner untuk mengetahui kelainan anatomi pembuluh koroner jantung yang kemudian dapat dilanjutkan ke tindakan perbaikan aliran darah (revaskularisasi) apakah melalui tindakan intervensi nonbedah seperti pemasangan ”cincin” (stent) atau lebih jauh harus dilakukan operasi bedah pintas koroner.
Usaha menjaga fungsi jantung memang tidak dapat dilakukan secara pasif, namun menuntut upaya pro-aktif yang empunya sebelum jantung melemah dan tak berdaya.
Dr A Fauzi Yahya SpJP, Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah RS Hasan Sadikin/ Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung .
KOMPAS - Jumat-25 Januari 2007
Friday, January 18, 2008
Perawatan 'Gear' Speedometer
PERAWATAN gear spidometer penting dilakukan untuk menjaga agar mampu memberikan informasi tentang kecepatan dan jarak tempuh secara akurat. Pada prinsipnya gear spidometer berputar untuk menggerakkan jarum dan odometer di dalam panel instrumen. Itulah sebabnya gear harus dilumasi agar dapat bekerja maksimal. Pelumas yang disarankan adalah yang berbentuk gel specs multigrade alias tahan panas dan tidak mudah encer.
Caranya adalah dengan melepas roda depan, kendurkan mur menggunakan kunci ring 17, kemudian tarik as roda keluar sampai pelek, sehingga bos kanan-kiri dan rumah gear spidometer terpisah. Perhatikan kondisi rumah gear spidometer. Kalau masih gemuk dan sedikit kotor, sebaiknya dicuci menggunakan minyak atau cairan pembersih sampai tidak ada kotoran dan gear lancar berputar. Lumasi gear spidometer secukupnya, baik pada sangkar maupun kabel. Jangan lupa pastikan kondisi seal seputar as roda dalam kondisi layak. Pasalnya, kalau sudah keras, air menjadi lebih mudah masuk. Gantilah dengan yang baru kalau seal-nya sudah jelek. (dikdik)***
Pikiran - Rakyat (Jumát 18 Januari 2008)
Caranya adalah dengan melepas roda depan, kendurkan mur menggunakan kunci ring 17, kemudian tarik as roda keluar sampai pelek, sehingga bos kanan-kiri dan rumah gear spidometer terpisah. Perhatikan kondisi rumah gear spidometer. Kalau masih gemuk dan sedikit kotor, sebaiknya dicuci menggunakan minyak atau cairan pembersih sampai tidak ada kotoran dan gear lancar berputar. Lumasi gear spidometer secukupnya, baik pada sangkar maupun kabel. Jangan lupa pastikan kondisi seal seputar as roda dalam kondisi layak. Pasalnya, kalau sudah keras, air menjadi lebih mudah masuk. Gantilah dengan yang baru kalau seal-nya sudah jelek. (dikdik)***
Pikiran - Rakyat (Jumát 18 Januari 2008)
Wednesday, January 02, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)